Cinta Itu Sederhana
“MungkinAyahmu bukan ayah terbaik didunia, tetapi yang kamu harus tahu ia selalu melakukan hal yang terbaik sejauh yang ia bisa untukmu”
Akhir akhir ini dipenuhi dengan perjalanan perjalanan yang kalau ditotal jarak tempuhnya membuat pantat agak bosan untuk duduk. Tapi mendapat telp kalau Bapak sakit membuatku harus sering pulang, perjalanan yang kadang hanya kutempuh sehari, disela sela itu aku juga meluangkan waktu untuk membeli oleh oleh untuk suprise kecil kecilan untuk yang lain, tapi entah suka atau tidak :-(, tapi berusaha meluangkan waktu ditengah kegalauan.
Melihat bapak yang banyak diam membuatku kadang gagu,dari kecil aku sangat dekat dengan beliau, putri kecilnya yang tak pernah mau lepas dari gendongan tangannya, putri kecilnya yang selalu takjub dengan cerita ceritanya, putri kecilnya yang selalu takjub dengan samudra kesabaran yang luar biasa, putri kecilnya yang selalu terpukau dengan keikhlasannya yang luar biasa, putri kecilnya yang selalu melihat ketulusan yang luar biasa tanpa melihat dirinya sendiri, iya hanya peduli dengan kebahagiaan orang lain, untuk dirinya sendiri tak pernah kulihat ia peduli. Dan tak mudah untuk menjadi seperti itu, aku mengakuinya karena kadang ketulusan yang kita punya dianggap buruk dan tak layak.
Saat sakitpun dia bertanya, saat aku tidur disampingnya. “ada apa ?” dan aku hanya diam, diapun mengelus kepalaku, mencoba agar aku terpejam. Dan aku tahu bapak juga tidak tidur semalaman menjagaku
Beberapa saat kemudian setelah bolak balik pulang, akhirnya memutuskan untuk dibawa ke mojokerto. Berat badannya mulai menyusut 5 kg sejak sakit, setelah seminggu kemudian kembali ke mojokerto, pada wajah pagi matahari yang tak sempurna terbit. Yah aku menunda keberangkatan kemojokerto malam itu, karena aku harus memastikan apa yang ada dihadapanku baik baik saja tidak ikutan sakit, jam menunjukkan jam 10 malam pada jam kantor. Saat seseorang mengingatkanku untuk segera pulang saja ke Mojokerto agar bisa cepat istirahat yah pada akhirnya aku memilih untuk tetap stay dan berharap apa yang ada dihadapanku baik baik saja, aku mengkhawatirkannya juga.
Pagi itu, aku tersekat, aku terdiam, badan yang dulu tegap telah mengurus, badan yang dulu mampu menggendongku seperti ringkih tak berdaya, wajah yang penuh kesabaran kulihat pasi. Aku tersekat , aku terdiam, melihatnya lekat, sangat lekat, aku menahan tangis, aku menahan tegar agar bapak ga melihat air mataku berjatuhan. Aku ingin bapak melihat ini adalah aku, putri kecilnya yang telah dia ajarkan tentang ketegaran, tentang kekokohan batu karang.
Seseorang yang selalu berkata diakhir subuh “Kamu boleh ga memakai jawa alus sama bapak, kamu boleh menjawab saat bapak marah,tapi saat ibumu marah jangan pernah kamu menjawab, jangan pernah kamu membuat ibumu kelelahan, apapun yang terjadi kamu harus menghormati ibu”
Dan lengan itu yang memelukku erat, yang mengkokohkan aku saat aku melihat ibu untuk terakhir kalinya seakan berkata ” ada bapak dan semuaya akan baik baik saja”, lengan itu yang menggendong ibu setiap pagi untuk berjemur, lengan itu yang memberikanku hidup yg layak tanpa kenal lelah. lengan itu yang selalu bertengadah doa untukku.
Pagi itu, aku tak pernah sanggup melihat wajah bapak, kurus, pucat, dan tak berdaya. Aku menahan tangis untuk itu semua. Dan ketika aku mengutamakan hal hal lain yang kadang tak pernah mempedulikanku dan bertanya tentangmu, disitu kadang aku terdiam.
Hanya dalam seminggu aku meninggalkanmu berat badanmu menurun 5 kg, dalam jangka waktu sekejap kehilangan berat badan total 10 kg lebih. yap pada akhirnya tulisan sayapun tersekat tak sanggup dilanjutkan, semoga lekas sembuh Bapak…….
“cinta itu sederhana, sangat sederhana, bahkan kita hanya perlu memastikan bahwa cinta itu sangat sederhana”