SATU DUA TIGA

AKu disisimu

Mendengarkan seluruh alfamu

Dan kaupun tersenyum, bercerita bahwa ada dia disetiap mimpimu yang tak nyata

Akupun tersenyum larut dalam diam

Bahagiamu dalam ujung senja

Memimpikan yang tak nyata

Jika boleh, Ijinkan aku pergi berlalu

Meninggalkanmu yang tak berujung

Meninggalkanmu yang tak berperasa

Atau aku yang tak kuasa

Bahagiamu bukan aku

Walau bahagiaku adalah kamu yang telah pudar

Dan terkikis dari hari ke hari

Jika boleh, ijinkan aku pergi mencari bahagia

Dan usah kau peduli lagi

KEBISUAN

Ketika kita diam dalam beku

Kita takut pada lara sela gelisah

Ada kebisuan yang tiba tiba dingin

Menguapkan rindu yang kita akan lupa

Kita yang tak lagi bisa bercerita apa adanya

Ditiap detik rindu kita menghilang dalam ragu

Kita semakin lupa rasa

Biarlah bisu ini menyendiri, kita menjadi gagu takut pada lara

Aku berharap ada tenang saat reda, semua rasa bisa kita ciptakan

KAU MELUKIS AKU

Percakapan ringan kita

Perjamuan ringan kita

Sebuah monokrom yang berulang

Aku tak pernah mengerti seberapa patah engkau kujadikan

Tapi percayalah aku yang paling patah

Kudengar kau bercerita tentang berbunganya hatimu

menemukan titik temu yang seharusnya aku

Menemukan jeda yang hilangkan lelahmu yang seharusnya aku

Aku tersenyum mendengarnya akhirnya kau bahagia, dalam hatiku? biarlah aku kecamuk

“Holding your hand ”

Memastikan kau baik baik saja adalah tugasku, pergilah kau penuhi baikmu

Aku tetap berdiri sama persis disini saat kau kembali terluka

Dan kuterbangkan engkau kembali, percayalah pada yakin

Memastikan kau baik baik saja adalah tugasku

Percayalah aku yang paling patah

DINI HARI

00.00

Gerimis membasah, pening dikepala kian merangkak

Menghapus senyum dan tawa diribuan foto yang harus kuhapus

Kutahan air mata yang mulai meretas

02.15

Hening, inilah aku yang melepasmu

Dengan senyum yang luka

dengan aku yang mencintaimu rela

03.15

Suatu saat jika kita bertemu lagi

berjanjilah untuk tak asing

berjanjilah untuk mengenalku

bicaralah seperti seorang teman yang pernah saling akrab

04.15

Sudah

IBU

pernah kau bilang

laut tak bisa kau prediksi

gelombang tanah tak bisa kau rata

IBU

pernah kau bilang

karang tak bisa kau hempas

kau bilang aku yang harus hadapi

kau bilang aku yang menepis takutku

kau bilang lawan raguku

bahagiakan diriku

IBU

meretas air mataku

disepanjang langkahku kuingat pesanmu

Al-fatekhah ku selalu untukmu

1 7 8 9 10 11 34