No Dream is Too Big with Air Asia
Berawal dari sebuah mainan robot yang bisa berubah menjadi sebuah pesawat terbang, saya hanya ingin membelinya, memilikinya, dari sebuah TV hitam putih yang kami punya. Dengan pakaian yang paling bagus saya mengikuti derap langkah ibu memasuki sebuah toko, Toko Ramai namanya, antusias saya langsung menunjuk pada sebuah pesawat terbang yang bisa berubah juga menjadi robot. Tanpa baterai, tanpa daya, hanya sebuah mainan manual yang membutuhkan otak atik biasa saja.
Setelah ibu saya berbicara dengan pelayan tokonya, ibu berjongkok mendekatkan wajahnya kehadapan saya, saya masih terlalu kecil untuk menggapai etalase toko, toko yang paling lengkap dan ramai dikota kami.
” Nok, harganya sepuluh ribu “
” Sepuluh ribu itu bagaimana bu ? ” tanya saya, pada wajah ibu khas perempuan jawa, wajah yang sangat menenangkan.
” Uang seribu, berjumlah sepuluh ” ibu membentangkan jarinya di hadapanku, sambil tersenyum
Saya merogoh saku, uang saya hanya 1000 itupun hasil dari uang saku yang saya sisihkan saat sekolah, saat sekolah uang saku saya hanya Rp. 50 , ya hanya 50. cukup untuk beli apa? , tapi saya selalu memilih bermain dan menahan keinginan untuk membeli ini dan itu. Uang sepuluh ribu bukan uang yang kecil, gaji bapak dan ibu juga belum seberapa.
” Bu, ga jadi saja. Ana belikan boneka “banyak” saja ” Boneka angsa yang terbuat dari plastik, dan tinggal kita tiup saja, boneka serupa balon, begini penampakannya.
Saat bersekolah, seperti anak kecil pada umumnya saya tidak memakai sepatu, seperti teman teman yang hidup digaris ketidakmampuan, tetapi Ibu selalu memarahi saya, agar bisa berpakaian yang layak dan rapi, katanya ” ingin naik pesawat terbang, orang yang naik pesawat itu berpendidikan dan selalu rapi” hal itu sangat terngiang ngiang dikepala saya.
Saat saya tak ingin meneruskan kuliah dan memutuskan untuk bekerja, ibu bilang ” hidup ibu sudah pasti nak, hidup kamu kamu yang menentukan, masih ingat pesawat kecil itu ?” Tiba tiba ibu mengingatkan mainan pesawat yang ingin saya beli saat itu.
20 tahun kemudian sejak peristiwa mainan itu, disuatu pagi saya sangat panik. Saat ada panggilan test kerja di Jakarta tahap akhir, mau tidak mau saya harus pergi ke Jakarta. Saat pergi ke Gambir tiket Surabaya – Jakarta yang ingin saya beli habis, panik luar biasa. Akhirnya ada seorang teman yang berinisiatif membelikan saya tiket pesawat. Pesawat ? saya langsung deg, saya tak tahu cara dan prosesnya.
Untuk pertama kalinya saya naik pesawat menuju Jakarta, rasanya ? tegang, tak bisa tidur dan takjub, saya dulu hanya ingin membeli mainan kecil serupa pesawat dan tak pernah memimpikan menaikinya. Berawal dari jarak 784 km, Surabaya – ke Jakarta, saya memulai perjalanan hidup pertama kali untuk bekerja.
Banyak sekali perubahan yang saya hadapi, jam demi jam, tiket demi tiket saya habiskan dengan Air Asia. Sangat beruntung saya kehabisan tiket kereta api saat itu, karena Jam wawancara kerja saya diundur menjadi pagi dan itu tak mungkin saya capai dengan kereta.
Setelah bekerja, bahkan hampir seminggu sekali saya melakukan perjalanan dinas dengan Air Asia. Saya takkan pernah melupakan moment pertama kali memasuki dunia nyata, dunia kerja, semuanya karena perjalanan dengan Air Asia, seandainya saya terlambat sedikit saja, perjalanan perjalanan karir saya tak kan pernah selancar ini.
Wisata ? secara otomatis saya selalu hunting Air Asia, destinasi destinasi Asia saya jelajahi dengan Air Asia, Bangkok, Phuket, Singapura, Kuala Lumpur dan bahkan ke singapura ini saya sudah lima kali lebih dan saya selalu menggunakan air asia. Bepergian kedaerah yang tak pernah dikunjungi dan memahami adat istiadat setempat membuat seseorang lebih bijak berpikir, lebih banyak ide dan itu sangat membantu sekali dalam pekerjaan saya.
Tanpa Air Asia mungkin saya tak akan melihat kebundaran dunia ini, saya ingin menaiki Air Asia ke Eropa, kapan ya kira kira Air Asia akan meluncurkan rute kesana ? dan satu hal ada hotel yang merupakan patner air asia juga, yang membantu saya dalam perjalanan backpaker yang selalu saya lakukan, Tune Hotel yah Love it , ini dia penampakan saya saat menginap dijaringan Air Asia ini.
Saya tak pernah melupakan keluarga saya, saat saya sudah bekerja, saat saya sudah mampu. Yang membuat saya terharu adalah, saat saya mengajak Bapak naik pesawat, saya lihat bapak begitu tegang, berpegangan kuat pada kursinya saat take off ataupun landing, selalu melihat kejendela dan tak tidur selama dipesawat, persis seperti pertama kali saya naik pesawat.
” Wah kok bisa ya, pesawat yang diam, bisa menempuh perjalanan Jakarta – Jogja dalam satu jam ? tadi itu diatas awan, atasnya lagi lho, malah awan itu sebenarnya………” aku tersenyum melihat bapak bercerita panjang lebar mengenai pesawat pertamanya, trip selanjutnya saya ingin mengajaknya mengelilingi tanah sejauh Air asia mempunyai rute. Lalu saya meneteskan air mata saya ingat pada ibu, saya ingin mengajaknya berkeliling dunia, menjangkau dunia sejauh Air Asia terbang.
Saya tentu saja ingin mengajaknya, berawal dari pesawat kecil impian saya itu dan Air Asia yang mengantarkan ketempat tujuan saya untuk pertama kalinya menapaki dunia kerja. Arghhh sayapun masih menangis saat menuliskannya,Ibu pasti bangga pada saya dan tentunya bangga seandainya ibu bisa pergi karena apa yang saya tuliskan menang dan dapat mengispirasi yang lain.
Sederhana mungkin kali ini mengajaknya ke Nepal ( karena ibu suka perjalanan alam) atau perjalanan sederhana ke Bali saja sudah cukup dan tentu saja akan ada perasaan bangga, karena dari sebuah tulisan yang saya tulis sendiri, seandainya ibu masih ada dan tahu sebuah cerita bahwa sungguh ternyata Air Asia bisa mengubah hidupku……………………
Mari Kita jelajahi dunia sejauh Air Asia membawa kita terbang, Next Trip ? NEPAL I’M COMING