AKU dan KAMU

ruang dan waktu

Aku dan kamu,

seperti udara, aku mencintaimu, selalu terikat ruang.

seperti cuaca, aku menyayangimu selalu terikat musim .

seperti hujan, aku membencimu, sewaktu-waktu.”

 

bagai langit udara mencintai laut lepas. Dari jauh, aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku

Menatap gelombang ombak-rambutmu atau menikmati kilau cahaya-dirimu—pada fajar yang menerbitkan matahari di matamu.

Aku dan kamu,
bagai langit udara  mencintai laut lepas. Ribuan mil dari nafasmu, setiap detik aku berusaha melacak nadimu pada setiap buih ombak yang menghantamku
Bila kukatakan padamu telah kutitipkan semua salamku pada nafas sungai yang menjalar bermuara menuju nafasmu, kamu merasakannya ?
Sejak pertemuan itu, aku merasa hari-hari kita begitu akrab: Meski sebatas udara yang setiap hari datang memberikan sentuhan–lalu pergi tanpa salam perpisahan.
Ah, mungkinkah nadi langit telah menyampaikan semua salamku padamu, menyusun kata- yang terbata membentuk sajak yang kau rindu
kau menatapku, aku meragu
Aku mengenal getaran yang kutuju ini
ada ribuan kata yang tersumbat tak membentuk lagu
lalu udara-langit menyatu menurunkan hujan
tinggal bayang bayang yang entah hilang kemana

UNTUK NAMAMU

senja

Untukmu yang tertegun pada senja

Telah kusebut namamu dalam doa selepas malam

kau tak perlu tahu doa apa yang kuucap

semua sudah kulupakan

 

aku tak mau jadi harapan dan tinggal harapan

saat aku berlari ia harus berlari

saat aku bekerja ia harus ikut berkeringat

hingga menetes menjadi sujud yang panjang

membangunkan bumi yang tua

menumbuhkan suka dan bahagia

 

Untukmu yang tertegun pada senja

dan apabila aku terlalu tua untukmu

percayalah doaku tak akan pernah menua

dia tak pernah kuingat dan terperangkap dalam waktu

iya tak pernah menua seperti aku

mungkin hanya kau yang ada dalam sederhana doaku

hingga tubuhku menua dan merabun

 

 

 

HARAPAN KADANG TAK PERLU MENGERTI

harapan

Seberapa jauh kau berjalan ?

Ini tentang sebuah peta perjalanan, yang menghapus hujan dan kemarau. Tentang kepedihan memeluk bayang sendiri yang menghapus jejak kepedihan.

Kita pernah ada pada fase ketika belum saling mengenal menjadi seorang yang bahagia, memiliki sewindu tawa, bergembira pada kesederhanaan hidup, lalu pada waktu dia datang pada tingkah lucu, mempesona dan membuat jatuh cinta pada pekatnya. Dunia menjadi istimewa dan sempurna pada kemewahan.

Tanpa sadar menjadikannya tujuan hidup dan satu satunya alasan berbahagia, tergantikan saat saling bertemu dan dekat, menyatu debar jiwanya. Maka keakuan yang dulu sangat sederhana menghilang, menjadikannya ia semesta, ruang khusus dan sakral yang bisa dimasuki sendiri.

Sialnya, datanglah masa yang tak ingin kita bersentuhan dengannya, seakan kau kehilangan kendali atas jiwamu sendiri, keakuanmupun menghilang bersamanya.

Lalu satu satunya yang tak meninggalkanmu, pada sudut ruang….. kau memeluk lututmu sendiri yang tak meninggalkanmu.

» Read more

Pada Pergi

sesal
“kamupun selalu tahu, hati bukanlah tempat persinggahan, kau datang lalu pergi”
Tentang Kamu yang selalu datang dan pergi dengan setumpuk bahagia, yang kau bawa lari lalu tiba tiba kau kembali sebelum lukaku sempat lupa.
Ini tentang kau yang berlari jauh, dan tak gubris saatku mengaduh, berjalan melaluiku  bahkan melihatkupun jijik.
Ini tentang kamu yang datang tanpa dosa, segala luka yang kau ciptakan kau anggap tiada. kau selalu berbicara bahwa kau terluka, kau cemburu dan kau begitu lupa perasaanku padamu, aku tahu kau mengira hatiku tercipta dan tertinggal dijaman batu, bagimu aku ini froozen, hati yang tak pernah bisa merasa.
Tentangku kali ini yg sibuk mengatur debar. masih banyak marah tersisa, namun hati tak bisa dusta krn merasakan rindu yang dahulu dan menang lebih dulu. tentangku pula saat hati menyuruhku pergi dan sedikit bertahan.
Ini tentang aku, bahwa cinta bukanlah permainan dan tak akan pernah hilang abadinya ingatan, luka tak akan pernah lupa bagaimana sesak, bagaimana sakit, dan sealipun bekasnya telah hilang tak bersisa dendam, namun luka itu tetap ada.

I’m not scared of losing you. I’m scared of losing myself when I lose you

hati

Aku tahu, dia sudah kelelahan,

Dan entah hatinya terbuat dari apa

Menyusuri waktu, pada kiloanmeter untuk memburu hadiah yang baginya special, memberi kejutan sebuah mawar, lengan kemeja yang terlipat dengan baju dan wajah lusuh karena terik. Biasanya dia selalu rapi, rambut yang selalu tersisir sangat rapi, wangi yang selalu tercium menggoda, aku tahu dia lelah.

Aku tahu hatinya terluka, saat seharian kena bentakan karena sedikit saja salah jalan, buanah selama ini dia juga yang menunjukkan jalan setiap dia pulang dan pergi, hanya satu kesalahan, sepanjang jalan dia kena bentakan.

Aku tahu dia sudah tak sanggup lagi menyetir, aku tahu tangannya sangat berkeringat, bahkan dia hampir saja tak sanggup, ketika sepanjang jalan bentakan demi bentakan tidak pernah surut, aku tahu dia lelah, menahan kantuk, menahan lelah, bahkan menahan lukanya yang aku yakin tak akan pernah mengering, aku tahu  suatu saat dia menemukan bahagia, dia akan sangat trauma dengan lukanya kali ini.

Dan ketika dia membawakan sederet hadiah itu, aku tahu, aku tak pernah menggubris, aku hanya tersenyum dan malas untuk mengucapkan terima kasih, untuk apa ? hadiah yang tak pernah kuminta. Tapi aku tahu, perjuangannya sangat panjang untuk mendapatkannya, karena aku tahu dia tak pernah setengah setengah. Dan sikapku ini bukanlah pertama untuknya.

Aku tahu dia hanya ingin aku tahu, kalau dia tulus, aku juga tahu dia tak hendak memaksakan kehendak padaku. Karena kadang pemaksaannya selalu baik untukku, tapi aku jengah kadang.

Aku tahu, aku selalu mematahkan hatinya dan melepaskannya begitu saja saat cintanya memuncak, dia hanya diam dan lirih berkata, “sesakit inikah jatuh ? seingatku dulu tak sesakit ini”

Aku tahu dia selalu ada saat kubutuhkan, aku tak memberikannya harapan palsu karena diapun sadar bahwa aku tak pantas dia miliki.

Dia yang selalu datang dengan senyuman, dengan kehangatan yang sama, walau berkali kali aku membuatnya patah berkeping keping, kadang dia diam dan luka, kadang dia begitu nyinyir dan pedas aku tahu dia lelah dan terluka. dan kadang dia tak mampu mengontrol cemburu yang seharusnya tak dia miliki.

Aku sadar aku menyakitinya, saat dia yang kucintai berbicara tentang yang lain, saat dia yang kucintai lebih memilih keluarganya, aku tahu ada luka yang menganga saat aku curhat itu kepadanya, saat itu  aku hanya ingin hatiku berkurang bebannya, namun mungkin aku juga egois tak peduli hatinya, aku tahu dia akan diam dan diam diam menyimpan marah, lelah dan luka. Aku tahu dia terluka dan perih.

Aku tahu selalu tak pernah menganggapnya ada, aku menutup mata dengan luka dan telinga, aku hanya ingin dia baik baik saja. Walau dia sering berkata bahwa dia  akan selalu baik baik saja. karena dia pernah berkata ” dia akan selalu baik baik saja”

Tapi aku juga tahu dia tak pernah benar benar baik baik saja karena kutahu “I’m not scared of losing you. I’m scared of losing myself when I lose you” itu katanya. Aku tak paham, apakah kebodohannya sangat tinggi, hingga bertahan pada jarak yang tak pernah kugubris. Tapi kenapa dia selalu ada, ketika aku tak membaik.

Aku tak mengerti , hati macam apa yang diciptakan Tuhan untuknya, tentang ketulusan dan kesabarannya. Kali ini aku mengabaikannya sedemikian rupa, mematahkannya lebih parah. dia ingin pelukan terakhir. Akupun memeluknya, aku tahu aku dulu yang mengejarnya, selalu meminta maaf saat dia ingin menjauh, aku ingin dia ada hanya untukku, tapi kali ini aku bosan, aku muak, aku jijik.

Aku tahu, aku tak kan pernah menemukan ketulusan yang sama, kesabaran yang sama, hati yang baik, dia yang tahu segala luka. mungkin setelah ini dia akan mencaciku, memakiku.

Tapi setelah pelukan terahir itu, dia ta pernah mencaciku, dia tetap tersenyum penuh ketulusan, Tuhan kau buat dari apa hatinya itu ?

Aku tahu, selamanya aku akan kehilangannya, keceriaannya, kehangatannya yang tak pernah kutemukan lagi disisa usiaku kelak, tak seorangpun

Ketika Aku Mati

MAtiku

Ketika Aku Mati

Kau tak perlu pura pura menangis

Aku berjanji akan selalu ada untukmu

Mungkin kau yang menghilang dulu dari nafasku

Aku tak hilang, aku hanya berganti rupa

 

Ketika Aku mati

Tak perlu kau terisak, hapus ketakpedulianmu dulu

Ingatlah aku saat kutersenyum

Tiap kau merindukanku

Tiap kau mengingat kenangan akan aku

Kau tahu, aku slalu ada

 

Ketika Aku pergi

Tak perlu kau menyesal tak ada aku lagi

Tak perlu kau mencari akan hilangku

Aku tak mau harimu mendung

Aku ingin selalu ada dihatimu, bercahaya menunggu pulang

 

Sudahlah,

Tak perlu kau tangisi

Aku ada didekatmu

 

Aku hanya pulang, karena kaulah sebai baik rumah yang kutuju

 

 

 

 

T

1 10 11 12 13 14 16