DEK ANA
Dalam perjalanan pulang
Tiba tiba runtuh
menetes tak terulang
Kangen ini begitu menyayat
Inginku tak bisa hadapi
apa daya menyerah saja kutak mampu
Life is Interesting & Many Thing Are Waiting To Be Discovered
Dalam perjalanan pulang
Tiba tiba runtuh
menetes tak terulang
Kangen ini begitu menyayat
Inginku tak bisa hadapi
apa daya menyerah saja kutak mampu
Dengarlah tidak?
diamlah
Dengarlah tidak? kau bunyi bunyian itu
Bersuara kencang
Dengarlah tidak ?
itu retaknya suara nyawaku
Dipisahkan lima lantai season city
Dikangkangi apartemen oksigen terhisap sempurna
Tambora adalah antitesis
Kegelapan yang penuh sengketa
Carut marut kabel sumbu kebakaran
kami tak tahu matahari terbit disebelah mana
Ini rumah kami, tanpa matahari
Kami bahagia, jangan pindahkan kami karena identitaspun kami tak tahu
Nanti kemana lagi?
kalau tanah kami jadi perompak
tiga puluh tiga tahun , kami bahagia tanpa matahari
Percayalah, Tambora masih selamat, setidaknya sekarang
Tapi entah sampai kapan
Kami tak mau hilang, tak pernah dilihat dan dilupakan
Tambora tanpa matahari adalah athesis
30 hari lalu aku adalah yang paling tegar
Untuk menopang tubuh lain yang butuh pelukan
orang jawa bilang hari itu rabu legi
Agar mereka tak perlu kuatir
Pada yang paling diam
Pada yang paling diingat
Pada yang paling diharap
30 hari kemudian dalam gugatan gugatan kehilangan
Akulah paling hilang kendali
Aku manusia
Orang jawa bilang hari ini rabu legi
Noted : genggaman tangan terakhir BAPAK dengan mas arip, dan semalam aku tak bisa nahan sakitnya rasa kangen BAPAK
Aku terduduk, lelah, lunglai
Menetes gemuruh ragaku, tersujud tak tahu arah
IBU
ketika ibu menumbuh nenek kakek utuh menjagamu, memberi kasih tercurah
Bapak
Ketika Bapak menua, nenek masih merindukanmu, memberimu restu segala arah
Aku menetes tanpa arah
Tak tahu harus menahan
IBU – BAPAK
aku katakan curang, sekarang aku belantara sendiri tanpa kalian
Berjalan entah sampai kapan, aku hanya ingin pelukan
Luka, lelah, tanpa arah………..
IBU-BAPAK
Kadang dalam sunyi itu yang kusebut, ada luka yang entah kapan sembuh
Dan kupastikan tak akan pernah sembuh
Tapi aku harus berjalan dengan derai
Ibu-Bapak
Aku kangen dan hanya bisa memelukmu dengan doa dan air mata
Aku kangen sungguh