Untuk kamu yang pernah tersesat, tak bisa membedakan pagi dan petang
Aku enggan membuat ikatan, aku ragu, aku takut kehilangan
lalu kau datang dengan segala rapuhmu, enggan hidup dan bernafas
ada aku yang ternyata tak separahmu, aku ingin memberikan sesuatu yang tak lagi utuh, agar hatimu menjadi utuh kembali, tapi aku takut. punyaku berantakan, aku saja tak tahu isinya apa, tak teridentifikasi. aku ingin memberikannya tapi aku takut tak berharga dimatamu.
Ternyata saat kupergi berulang kali, kau memohon padaku untuk selalu tinggal, kau memintanya berulang ulang, dan kau tahu saat salah sedikit saja, aku bisa pergi meninggalkanmu juga.
aku ragu
lalu kau berjanji sampai kapanpun menerimaku apa adanya, aku rumahmu katamu, aku bahagiamu katamu. bahkan kau berjanji selalu ada. kau ingin hatimu utuh bersamaku
Aku ? ragu setengah mati karena tak mungkin jika……….
awalnya kau sangat sabar, meyakinkanku untuk sepenuhnya, aku kau rawat, seperti aku merawat fisikmu.
Luluh sudah aku dengan senyummu, kutitipkan padamu sesuatu yang tak utuh lagi, berkeping dan patah.
Kau ? menerimanya dengan berbinar, katamu pasti kuperbaiki. kau tak menghalangiku menemuiku mereka mereka yang pernah ada dihatiku, kau ikut menemuinya dan bahkan memulihkanku.
Sesekali aku melihat, apakah pekerjaanmu memperbaiki apa yang aku titipkan rapi di genggammu.
Aku lihat semakin rapi dan aku yakin kau semestaku sudah, aku tak pernah berpaling sekalipun dan menutup semua mungkin yang menawariku
Dan bahkan kelak, kaulah yang menghancurkannya berkeping keping berserakan, lebih parah saat kutitipkan pertama kali padamu