KAU

cahaya dan kau

KAU

yang selalu berhasil menggantikan sedih dan galauku dengan keanehan dan canda tawa — khas dirimu, tentang dirimu

dan berusaha menjadi pahlawan di mataku atau hanya menjadi dirimu sendiri tanpa malu, tanpa kau tutupi

engkau memiliki mata yang selalu membuatku meyakini harta yang kau simpan dalam hatimu, yang kutahu begitu kuat dan tak tergantikan

sebab semarah apapun dirimu…matamu selalu menyiratkan ketulusan kasih sayang… dan aku selalu mencuri mata teduh dan kuat itu, untuk meyakinkanku, bahwa kau ada

AKU dan KAMU

ruang dan waktu

Aku dan kamu,

seperti udara, aku mencintaimu, selalu terikat ruang.

seperti cuaca, aku menyayangimu selalu terikat musim .

seperti hujan, aku membencimu, sewaktu-waktu.”

 

bagai langit udara mencintai laut lepas. Dari jauh, aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku

Menatap gelombang ombak-rambutmu atau menikmati kilau cahaya-dirimu—pada fajar yang menerbitkan matahari di matamu.

Aku dan kamu,
bagai langit udara  mencintai laut lepas. Ribuan mil dari nafasmu, setiap detik aku berusaha melacak nadimu pada setiap buih ombak yang menghantamku
Bila kukatakan padamu telah kutitipkan semua salamku pada nafas sungai yang menjalar bermuara menuju nafasmu, kamu merasakannya ?
Sejak pertemuan itu, aku merasa hari-hari kita begitu akrab: Meski sebatas udara yang setiap hari datang memberikan sentuhan–lalu pergi tanpa salam perpisahan.
Ah, mungkinkah nadi langit telah menyampaikan semua salamku padamu, menyusun kata- yang terbata membentuk sajak yang kau rindu
kau menatapku, aku meragu
Aku mengenal getaran yang kutuju ini
ada ribuan kata yang tersumbat tak membentuk lagu
lalu udara-langit menyatu menurunkan hujan
tinggal bayang bayang yang entah hilang kemana

UNTUK NAMAMU

senja

Untukmu yang tertegun pada senja

Telah kusebut namamu dalam doa selepas malam

kau tak perlu tahu doa apa yang kuucap

semua sudah kulupakan

 

aku tak mau jadi harapan dan tinggal harapan

saat aku berlari ia harus berlari

saat aku bekerja ia harus ikut berkeringat

hingga menetes menjadi sujud yang panjang

membangunkan bumi yang tua

menumbuhkan suka dan bahagia

 

Untukmu yang tertegun pada senja

dan apabila aku terlalu tua untukmu

percayalah doaku tak akan pernah menua

dia tak pernah kuingat dan terperangkap dalam waktu

iya tak pernah menua seperti aku

mungkin hanya kau yang ada dalam sederhana doaku

hingga tubuhku menua dan merabun

 

 

 

HARAPAN KADANG TAK PERLU MENGERTI

harapan

Seberapa jauh kau berjalan ?

Ini tentang sebuah peta perjalanan, yang menghapus hujan dan kemarau. Tentang kepedihan memeluk bayang sendiri yang menghapus jejak kepedihan.

Kita pernah ada pada fase ketika belum saling mengenal menjadi seorang yang bahagia, memiliki sewindu tawa, bergembira pada kesederhanaan hidup, lalu pada waktu dia datang pada tingkah lucu, mempesona dan membuat jatuh cinta pada pekatnya. Dunia menjadi istimewa dan sempurna pada kemewahan.

Tanpa sadar menjadikannya tujuan hidup dan satu satunya alasan berbahagia, tergantikan saat saling bertemu dan dekat, menyatu debar jiwanya. Maka keakuan yang dulu sangat sederhana menghilang, menjadikannya ia semesta, ruang khusus dan sakral yang bisa dimasuki sendiri.

Sialnya, datanglah masa yang tak ingin kita bersentuhan dengannya, seakan kau kehilangan kendali atas jiwamu sendiri, keakuanmupun menghilang bersamanya.

Lalu satu satunya yang tak meninggalkanmu, pada sudut ruang….. kau memeluk lututmu sendiri yang tak meninggalkanmu.

» Read more

TANPAKU , KAMU KESULITAN MENJALANI PERAN UTAMAMU

petaperjalanan.com cameoPada rona tengah malam aku terpikir, mungkin bagimu aku hanya cameo seorang figuran yang selalu ada disetiap adegan penting yang tengah kau jalani dari banyak kamera, dari banyak peran yang mengantarkanmu pada tawa pada bahagia pada sedih

Aku hanya seorang cameo

waktu itu kita bertemu disebuah angkot kumal dan entah kenapa wajahmu membuat transportasi buntut ini begitu sejuk,kau menyapaku dan tentu saja membuatku tak lancar menjawab, seolah aku menjadi beku, seolah aku menjadi bisu tiba tiba, mungkin aku perlu ke IGD waktu itu, andai saja tak segera berlalu, untuk sekedar menormalkan kembali aliran darahku.

Senyummu bagai bintang dan kamu seorang bintang, senyum yang dinantikan semua orang, bait demi bait kamu baca sempurna, scene demi scene kamu jalani. Disini kita dipertemukan kembali dalam sebuah ajang glamour sudut camera.

ahhh adegan canggung itu membuatmu memerah, menambah cerah rona pipimu. angin meniupkan rambutmu yang hitam kelam. Aku tahu kau selalu ingin tampil sempurna, seseorang yang selalu ingin sempurna dan tak ingin seorangpun melihat cacatmu.

Aku ? aku hanya cameo yang terkadang duduk disusut cahaya, kabur dan kadang dilupakan. Kamera itu menagngkap semua angel termanismu, menangkap cahaya dimatamu, menelusuri semua jiwamu. dan aku selalu jadi cameo dihidupmu diantara adegan adegan penting scenemu. aku berdiri disudut paling ujung, saat semua mata tak lagi bisa melihat apalagi memicingkan mata.

» Read more

ANTARA

Dulu katamu, taman, ceritamu adalah ladang gersang dimana hujan tak berdebu atau menetas.

Lalu ada tukang kebun yang menanam dengan tekun, saat hujan tak ingin meretas.merimbunkan taman surgawi menghela nafas yang tertubi.

Padang gersangmu berubah jadi savana yang menyejukkan yang tak lagi berujung dan hanya bilangan surgawi.

dulu matamu adalah sungai yang gersang, yang ceritanya adalah pilu.

lalu datanglah sang pelukis, yang melukis pada bebatuan usang.lalu terciptalah mahakarya yang terukir.

dulu matamu adalah lautan luka, yang menyimpan derita terkutuk, lalu pelukis itu menciptakan surga dimatamu dan tumbuhkan harapan

lalu kau pun berlari menyusuri matahari dan terbakar karenanya

lalu kaupun berlari bersembunyi kembali, memeluk erat hanya untuk menanti lagi.

 

1 13 14 15 16 17 32