YANG TAK KENAL WAKTU
Waktu berlalu cepat. Tapi kita masih dua orang yang sama, dengan perasaan yang lambat, cinta yang selalu tepat waktu.
Dua orang pecinta nostalgia yang kerap bersemangat tentang masa lalu, namun mengerjakan masa depan dengan ragu-ragu.Kadang kita masih malu pada satu sama lain.
Kadang masih ragu apakah yang kita lakukan akan membuat satu sama lain berkenan?
Menjaga pikiran. Menjaga perasaan. Menjaga tindakan. Menjaga diri masing-masing dari menyakiti diri yang lain.Sebab bukankah saling mencintai adalah usaha untuk saling menjaga, tak berhenti berusaha menjadi yang paling mengerti dan menghargai?
Dari hal-hal yang tak kusukai tetapi kau menginginkannya, seperti halnya dari segala yang kau benci tetapi aku mencintainya, kita saling belajar untuk mencintai secara dewasa. Cinta yang wajar. Yang kadang-kadang membuat kita berbeda pendapat, berdebat, bahkan bertengkar… untuk di waktu lainnya saling menyesal dan minta maaf, dengan cara yang sederhana.
Dari semua yang pernah membuatmu bersedih, aku belajar banyak cara agar berhasil memberimu tawa bahagia. Tak terhitung jumlahnya. Dari apa saja yang sempat membuatmu tersenyum, atau tertawa, atau menahan senyum dan tawa itu sambil mencubit perutku, aku selalu menyelipkan doa agar dimampukan Allah supaya tak punya sedikitpun keberanian untuk membuatmu menangis.
Dari hal-hal yang absurd yang kita sebut mimpi, dari semua yang masuk akal untuk dianggap sebagai cita-cita, kita reka cerita kita bersama lengkap dengan segala optimisme, pesimisme, rasa cemas, waswas, atau kadang rasa percaya diri yang berebihan. Kisah kita wajar adanya… Seperti makanan cepat saji yang begitu kita sukai meski kita tahu bisa membuat kita cepat mati.
Dari ribuan hari yang kita lalui, ratusan purnama yang numpang lewat dalam hidup kita, tiktak jam yang tak terhitung lagi jumlahnya… kita memupuk keyakinan kita dengan bernegosiasi melalui banyak kekecewaan: Bahwa kau adalah yang terbaik bagiku dan aku adalah yang terbaik bagimu. Tak ada pilihan lainnya.
Bukan kata orang, tentu saja. Toh kita tak perlu penilaian orang lain untuk meneguhkan keyakinan kita sendiri, menjalani hidup kita