Pada Pergi
Life is Interesting & Many Thing Are Waiting To Be Discovered
Aku tahu, dia sudah kelelahan,
Dan entah hatinya terbuat dari apa
Menyusuri waktu, pada kiloanmeter untuk memburu hadiah yang baginya special, memberi kejutan sebuah mawar, lengan kemeja yang terlipat dengan baju dan wajah lusuh karena terik. Biasanya dia selalu rapi, rambut yang selalu tersisir sangat rapi, wangi yang selalu tercium menggoda, aku tahu dia lelah.
Aku tahu hatinya terluka, saat seharian kena bentakan karena sedikit saja salah jalan, buanah selama ini dia juga yang menunjukkan jalan setiap dia pulang dan pergi, hanya satu kesalahan, sepanjang jalan dia kena bentakan.
Aku tahu dia sudah tak sanggup lagi menyetir, aku tahu tangannya sangat berkeringat, bahkan dia hampir saja tak sanggup, ketika sepanjang jalan bentakan demi bentakan tidak pernah surut, aku tahu dia lelah, menahan kantuk, menahan lelah, bahkan menahan lukanya yang aku yakin tak akan pernah mengering, aku tahu suatu saat dia menemukan bahagia, dia akan sangat trauma dengan lukanya kali ini.
Dan ketika dia membawakan sederet hadiah itu, aku tahu, aku tak pernah menggubris, aku hanya tersenyum dan malas untuk mengucapkan terima kasih, untuk apa ? hadiah yang tak pernah kuminta. Tapi aku tahu, perjuangannya sangat panjang untuk mendapatkannya, karena aku tahu dia tak pernah setengah setengah. Dan sikapku ini bukanlah pertama untuknya.
Aku tahu dia hanya ingin aku tahu, kalau dia tulus, aku juga tahu dia tak hendak memaksakan kehendak padaku. Karena kadang pemaksaannya selalu baik untukku, tapi aku jengah kadang.
Aku tahu, aku selalu mematahkan hatinya dan melepaskannya begitu saja saat cintanya memuncak, dia hanya diam dan lirih berkata, “sesakit inikah jatuh ? seingatku dulu tak sesakit ini”
Aku tahu dia selalu ada saat kubutuhkan, aku tak memberikannya harapan palsu karena diapun sadar bahwa aku tak pantas dia miliki.
Dia yang selalu datang dengan senyuman, dengan kehangatan yang sama, walau berkali kali aku membuatnya patah berkeping keping, kadang dia diam dan luka, kadang dia begitu nyinyir dan pedas aku tahu dia lelah dan terluka. dan kadang dia tak mampu mengontrol cemburu yang seharusnya tak dia miliki.
Aku sadar aku menyakitinya, saat dia yang kucintai berbicara tentang yang lain, saat dia yang kucintai lebih memilih keluarganya, aku tahu ada luka yang menganga saat aku curhat itu kepadanya, saat itu aku hanya ingin hatiku berkurang bebannya, namun mungkin aku juga egois tak peduli hatinya, aku tahu dia akan diam dan diam diam menyimpan marah, lelah dan luka. Aku tahu dia terluka dan perih.
Aku tahu selalu tak pernah menganggapnya ada, aku menutup mata dengan luka dan telinga, aku hanya ingin dia baik baik saja. Walau dia sering berkata bahwa dia akan selalu baik baik saja. karena dia pernah berkata ” dia akan selalu baik baik saja”
Tapi aku juga tahu dia tak pernah benar benar baik baik saja karena kutahu “I’m not scared of losing you. I’m scared of losing myself when I lose you” itu katanya. Aku tak paham, apakah kebodohannya sangat tinggi, hingga bertahan pada jarak yang tak pernah kugubris. Tapi kenapa dia selalu ada, ketika aku tak membaik.
Aku tak mengerti , hati macam apa yang diciptakan Tuhan untuknya, tentang ketulusan dan kesabarannya. Kali ini aku mengabaikannya sedemikian rupa, mematahkannya lebih parah. dia ingin pelukan terakhir. Akupun memeluknya, aku tahu aku dulu yang mengejarnya, selalu meminta maaf saat dia ingin menjauh, aku ingin dia ada hanya untukku, tapi kali ini aku bosan, aku muak, aku jijik.
Aku tahu, aku tak kan pernah menemukan ketulusan yang sama, kesabaran yang sama, hati yang baik, dia yang tahu segala luka. mungkin setelah ini dia akan mencaciku, memakiku.
Tapi setelah pelukan terahir itu, dia ta pernah mencaciku, dia tetap tersenyum penuh ketulusan, Tuhan kau buat dari apa hatinya itu ?
Aku tahu, selamanya aku akan kehilangannya, keceriaannya, kehangatannya yang tak pernah kutemukan lagi disisa usiaku kelak, tak seorangpun
Ketika Aku Mati
Kau tak perlu pura pura menangis
Aku berjanji akan selalu ada untukmu
Mungkin kau yang menghilang dulu dari nafasku
Aku tak hilang, aku hanya berganti rupa
Ketika Aku mati
Tak perlu kau terisak, hapus ketakpedulianmu dulu
Ingatlah aku saat kutersenyum
Tiap kau merindukanku
Tiap kau mengingat kenangan akan aku
Kau tahu, aku slalu ada
Ketika Aku pergi
Tak perlu kau menyesal tak ada aku lagi
Tak perlu kau mencari akan hilangku
Aku tak mau harimu mendung
Aku ingin selalu ada dihatimu, bercahaya menunggu pulang
Sudahlah,
Tak perlu kau tangisi
Aku ada didekatmu
Aku hanya pulang, karena kaulah sebai baik rumah yang kutuju
T
Apa Katamu ?
Kendati kutahu kehadiranmu tak bertahan lama
Manis memikat,
Kau datang sirna dibawa ombak
seperti pasir
Erat digenggam menghambur
saat kuerat menggenggammu
Seperti bulan, yang hanya bisa dipandangi
Seperti matahari yang hanya mampu dinikmati hangatnya
Seperti secangkir kopi yang beriku harap
Kamu tahu aku tak paham lagu lagu rumit
Aku tak paham nada bethoven
Aku tak paham kunci gitar
Tapi aku mengaguminya
Biarkan hatiku lepas
Biarkan hatiku jatuh
Biar lebam, biar berdarah, biar terluka
Biaran rasa ini ada
Selama aku ditahlukkan untuk genggam
Selama aku masih ingin terlayar
Selama aku bisa ternafas
Izinkan sesederhana itu
Kedalaman luka yg kau berikan kali ini terlalu dalam
Dalam gugu kuterdiam
Aku memaafkanmu seblum kau meluluh
Aku tak pernah bencimu
Aku tak pernah tinggalkanmu
Ada ruang kosong yg menarik tubuhku
Seperti lorong gravitasi
Dan itu tentang kehilanganmu
Aku telah memaafkanmu
Bahkan aku memaafkanmu
Sejak pertama kali kita bertemu
Dan aku yakin kau kan berbuat alpha
Aku memaafkanmu
Datanglah bila engkau menangis
ceritakan semua yang engkau mau
percaya padaku aku
mungkin pelukku tak sehangat senja
ucapku tak menghapus air mata
tapi ku di sini
aku lah yang tetap memelukmu erat
saat kau berpikir mungkinkah berpaling
aku lah yang nanti menenangkan badai
agar tetap tegar kau berjalan nanti
sudah benarkah yang engkau putuskan
garis hidup sudah engkau temukan
engkau memilih