EMPAT MUSIM, 5 Tahun lalu
EMPAT MUSIM, 5 Tahun lalu
“Senang rasanya ada disini, aku memesan expresso dan kamu caffe latte sambil menikmati camilan sederhana pisang goreng original dan coklat untukmu” celoteh Tan
Julian tersenyum melirik Tan, tidak begitu cantik, tapi Tan mempunyai daya tarik yang luar biasa. Dia begitu nyentrik tak “ketulungan” mulai dari cara berpikirnya apalagi gaya pakaiannya seakan otomatis mengikuti otaknya mengarah. Tiba tiba Julian turun dari kursi tanpa ragu, tanpa sungkan, tanpa malu lalu berjongkok didepan Tan“aku tahu cincin ini sangat sederhana, tak bisa kau jual saat membutuhkan, tak bisa kau banggakan, tapi aku ingin kau tahu, cintaku tak bisa dibeli oleh apapun, kau bisa membanggakanku, maukah kau menikah denganku ?”
Tan melotot kearah jidat Julian, seakan memberi kode kepada Julian untuk berdiri, tapi Julian tetap bersikeras untuk berlutut dihadapan Tan.
“aku akan menjawab asal kau mau duduk disampingku,” Tan setengah mengomel dan cemberut, Julian berangsur berdiri, menggeser tubuh “cekingnya” untuk kembali duduk di sebelah Tan
“aku ingin kita putus “ kata Tan dengan pandangan tak bergeming kedepan
“whatsss…….” Julian setengah berteriak .“Tan ada yang salah dengan ucapanku, permohonanku, atau kalau memang kau belum siap aku bisa mencabut permintaanku, tapi jelaskan…..!!!!!!” Julian mengangkat kedua bahunya, mengernyitkan kedua matanya , duduknya bergeser menghadap Tan seolah ingin meminta penjelasan sampai ke atomnya.
“ 2 Tahun , baru lulus, ngajak nikah, ngasih cincin dari rotan, terus mau dikasih makan apa? Aku ingin kau sungguh sungguh memberiku cincin berlian, kalung mutiara, melamarku ditempat romantis, aku tidak mau anak anakku terlantar kepanasan karena harus naik turun angkot, aku mau beli mobil, punya usaha sendiri, punya rumah dengan pekarangan yang luas, ada kolam renangnya, dan tiap tahun kita berlibur keluar negeri dan satu lagi aku ingin punya rumah di Australia di Melbourne” cerocos Tan tanpa rasa bersalah
“kamu kok jadi matre, ya kalau kita berkeluarga harus dimulai dari nol semuanya..!!!!!”
“nah ini dia, sudah jadi perjanjian kita” seolah Tan tak mendengar ucapan Julian
“hah apa apaan sih ini” Julian setengah memekik
“ga usah kaget, biasa aja kaleee!!! 5 tahun hanya sebentar masak nunggu 5 tahun aja kagak bisa, toh ini juga untuk kebaikan bersama, Pak temoooo…..sini dung”
“ iya neng, knapa? “
“Tanda tangan disini, ini perjanjian kita dan Pak temoooo jadi saksi kita, simpan baik baik ya pak, 5 tahun lagi kita akan kesini “ Tan dengan tenang dan cuek menyerahkannya ke pak temo tanpa peduli dengan Julian yang masih “melongo” Setelah menyerahkan surat perjanjian itu ke pak temoo, Tan ngeloyor keluar………
Sore itu di café “salju” sepasang mata berkaca kaca dan sesak di dada mulai merambat
2 September 2013
“Cie cie yang lagi ngeliatin mantan yang ditelantarin 5 tahun lalu, udah ganteng aja tuh dia, sering nongol di TV, ntar lagi jadi selebriti, banyak duit , banyak cewek, cewek kayak lu dibuang kelaut aje” berondong Pandu
“enak aja, aku yakin kok dia masih setia ama aku, dia telpon lho ngajak ketemuan”
“Tan, untuk meeting dengan client besok bagaimana?”
‘“ Kamu handle dulu yah semuanya, kali ini I need you more and more”
“iya deh iya, elu bosnya, anak buah mah nurut aje apa kata bu bos”
Disebuah restoran bintang 5, tampak Tan duduk menikmati soto pesanannya, mengaduk aduk, sesekali minum dan duduknya pun tak jenak
“hi, makan di restoran bintang 5 pesanannya kok tetep aja soto, kan bisa pesen spageti, pizza….”
Dada Tan berdegup kencang saat Julian muncul dihadapannya, wajahnya licin bak lilin Madame Tussauds, rambutnya seger seperti habis mandi kembang 7 rupa, dan sorot mata nya sama sekali tak berubah, tajam tak terbantahkan…..Tan tergagap
“oh iya, mau ngajakin kamu sekalian makan siang dan juga aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang, oh itu dia sudah datang…., sayang kenalkan ini Tan seorang designer Web terkenal lho…..
“ hi, sofia…”
“Tan…..”
“kami akan bertunanngan bulan depan,” Julian tersenyum
Siang itu, ramai, panas, tak berteman, gusar.
Malam, gerimis , sunyi 10 september 2013
Suara telpon berdiring dirumah pandu, berulang menunggu jawaban, suara diseberang sana tak asing lagi bagi Pandu
“Ndu, minggu ini gue harus cek up lagi kedokter,harus terbang ke Singapur”
“Kamu gapapakan Tan? Obat obatnya masih lu minum?”
“dua hari ini gue mimisan sehari bisa lebih dari 3 kali, sudah sebulan ga minum obat”
“Gila lu Tan……aku pesan tiket malam ini juga ke Singapur, aku telp juga dokter Ronald dan rumah sakit untuk keperluanmu disana, besok pagi aku jemput”
2 Minggu berlalu
“ndu kamukan akrab banget dengan Tan, kok aku telp ga bisa terus ya?”
“hemmm ntar dulu ya yan , aku lagi meeting nih diluar negeri, nanti telp lagi deh ya …..”
Pandu mematikan telponnya…….dan tiba tiba saja……
“gila lu ya, bilang meeting keluar negeri tak tahunya disini, di INDONESIA, di KANTOR PULAK, tega lu ya, sekarang bilang ama gue dimana Tan, brengsek juga itu anak mempermainkanku, mempermainkan perasaanku, 5 tahun aku menunggu, 5 tahun aku ga pernah berhenti berharap, seenaknya saja dia menghilang”
Semua karyawan melihat kearah Julian,Pandu dengan sigap menyeret Tubuh Julian kedalam sebuah ruangan untuk menghindari tatapan karyawan dan tentunya agar Julian terhindar dari lemparan asbak.
“Ngapain sih lu nyeret nyeret gue kesini, biar saja mereka tahu bahwa bos mereka itu wanita brengsek……”
Pandu menghela nafas panjang “ siapa yang lu katain brengsek, gue lempar pakai toak baru lu nyadar gitu…!!!!! Baru lu tahu diri….!!!!!! Gue yang seharusnya marah ama lu, kemana aja lu selama 5 tahun, berapa wanita yang udah lu peluk, lu bertemu Tan hanya mau memamerkan tunanganmu begitu…!!!!! Hanya ingin menyakiti hati Tan begitu….!!!!!!!! 5 tahun, gue sendiri yang merawat Tan, melewati masa masa sulitnya, menghiburnya, dan yang pasti mengharapkan penatiannya tak sia sia untukmu, lu pikir selama ini dia hanya minum vitamin,lu pikir dia hanya minum pil kecantikan?!!!
Nada bicara Julian mulai mereda” maksudmu? Cewek Tunanganku itu hanya aku bayar, aku ragu saat bertemu Tan apakah dia masih menyanyangiku, dia masih menginginkanku kembali, dia masih menantiku…….lalu ada apa dengan tan ….? Julian mengguncang tubuh Pandu
“Tan terkena kanker otak stadium 4, dia ada di Singapura sekarang………………..”
“apahhhhhh………..?”
Pagi, di Bandara Soekarno Hatta, dua pemuda yang enggan bertegur sapa mulai melangkah menuju penerbangan ke Changi airport,
Sesampainya di Changi mereka menuju ke Elizabeth Hospital tempat dimana Tan dirawat. Dalam sebuah ruangan Julian menatap mata Tan yang sudah meredup, Tan tersenyum setengah memaksa.
“ kenapa kamu tak pernah bilang Tan? Kenapa kamu tak pernah bercerita? Wanita yang kukenalkan padamu itu dia bukan tunanganku aku gugup saat harus bertemu denganmu pertama kali, aku tak mengerti harus bicara apa, aku……”
Tan tersenyum , menggenggam erat tangan Julian” aku tahu , kau masih menungguku, walau aku meminta 1000 tahunpun, aku tahu kamu terlalu bodoh dan konyol
“Tan…..’ isak Julian
“Sayang, maafkan aku sejak 5 tahun lalu, dokter memvonisku, memberiku harapan hanya 5 tahun, aku tahu jika saat itu aku menerimammu, kamu tak akan seperti sekarang ini, kamu tak akan menjadi chef yang hebat, setiap Tahun aku selalu datang ketempatmu bekerja, setiap tahun aku selalu meninggalkan comment disetiap masakanmu, tahun demi tahun masakanmu mengalami peningkatan dan rasanya tak adil jika bila aku harus menemuimu setiap aku memesan makanan ditempatmu bekerja, aku ingin kau mandiri…”
“ tapi bukan seperti ini Tan caranya, aku bisa menjagamu, aku bisa berjuang lebih keras, asal itu bersamamu,sekali lagi aku ingin melamarmu, dengan cincin berlian yang kau minta….aku mohon…..”
“jangan Julian, aku mohon”
“aku akan tetap memohon padamu Tan, aku tak akan pernah beranjak dari hadapanmu, kali ini aku mohon, aku tak mau kebodohanku terulang dua kali”
Diluar sana Pandu meneteskan air matanya, hatinya seperti teriris tak sanggup melihat Tan dan Julian………..
“ dengan satu syarat, aku ingin kembali ke Jakarta…..”
“tapi disini kesehatanmu lebih terjamin….”
Setelah 2 hari, akhirnya Tan diperbolehkan pulang ke Indonesia. Dokter di Singapura tak bisa memberikan harapan lebih kepada Tan dan Julian, di Indonesia persiapan pernikahanpun sedang dilakukan dan keajaiban itu muncul sedikit demi sedikit Tan mulai mampu berjalan lagi, mulai riang kembali dan saat tiba di Indonesia di depan banyak saksi undangan Tan dan Julian menikah, ada rasa haru yang tak pernah bisa disembunyikan.
Hari Kedua pernikahan
“Julian terima kasih telah membawaku kesini, ke café yang selalu mebawa kita pada keriangan. Setiap Tahun aku kesini melihat menu dan mengumpulkan menu menu itu, mengubah namanya sesuai kenangan kita, memberi nama setiap minuman, makanan dan aku juga menambahkan beberapa makanan kesukaan kita sebagai tambahan menu. Aku ingin kau mengelola café ini dengan baik, aku telah membelinya dari pak temo dari waktu ke waktu untuk bisa kau miliki, untuk bisa kau kelola, untuk bisa kau sentuh, untuk bisa kau sajikan masakanmu dengan penuh cinta, aku mohon jagalah café ini untukku, dimana kenangan dan cinta kita tumbuh”
Julian menggenggam semakin erat tangan Tan, air matanya menetes tak dapat terbendung, hatinya seakan padam……………….
5 Bulan kemudian
Café itu masih ramai, banyak sekali para pasangan mampir untuk kongkow kongkow, ataupun para eksekutif muda melakukan negoisasi bisnisnya disana. Julian tersenyum memandangi foto almarhum Tan dengan penuh cinta
“Pak Julian, saya minta expresso dan caffe latte satu……………..”
Siang itu disudut ruang Jakarta